Wednesday, July 10, 2013

Little Things

Aku senang hari ini bisa berlatih kembali semenjak kekalahan itu. Berhubung Arena basket di sekolah sedang digunakan untuk acara OSIS, terpaksa kami latihan di lapangan luar, lapangan upacara yang lumayan luas, namun tak ada ring basket sehingga kami hanya mendribel bola tanpa berlatih shooting.
Hari ini, tak hanya hatiku saja yang mendung, bahkan langitpun turut merasakan kesedihanku. Langit tampak gelap dan mulai turun monster berkepala tiga dengan sayap yang runcing dan mengerikan, eh nggak ding, langitnya cuman menurunkan tetes-tetes air aja kok.
Hujan pun turun untuk mengeroyok kerak bumi.
“Nunguin hujan reda itu ngebosenin,” ucap Kemal. Ia melepas kaos kaki dan sepatunya, “kenapa kita nggak nikmatin aja apapun keadaannya?” lanjutnya.
“Maksudmu?” tanyaku.
“Ngeluh karena suatu hal itu nggak baik, enjoy lah! Segala sesuatu bakal lebih baik kalau dinikmati kok!”  ia berlari ke tengah lapangan. “Ayo guys hujan-hujanan!” teriaknya pada kami.
Beberapa temanku pun menyusulnya. Mereka merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya kelangit. Semuanya menikmati dinginnya hujan tanpa beban. Mereka saling mencipratkan air di tanah yang kotor, namun tetap diwarnai oleh tawa.
“Kesedihan itu sama seperti hujan. Bagi beberapa orang, hujan memang menyebalkan. Namun bagi mereka yang tahu cara menikmati hidup, hujan bukanlah masalah,” kata coach sembari matanya tertuju pada teman-temanku yang bermain air di tengah lapangan.
“Tanpa adanya hujan hari ini, kamu mungkin nggak bakal ngelihat canda tawa mereka hari ini. Aku kira hanya kemenangan saja yang bisa membuat mereka tersenyum selepas ini. Tapi aku salah, justru hujan pun bisa membuat mereka begitu bahagia,” coach tersenyum, “aku semakin yakin, kebahagiaan kadang muncul dari hal kecil yang tak pernah kita sadari.”
Aku mulai mengerti. Kesedihan memang tak seharusnya terlalu dipikirkan, harusnya aku mulai berpikir bagaimana menikmati kebahagiaan dan melupakan apa yang membuat senyumku tak melingkar.
“Kenapa masih diam aja?” kata coach.

Aku tersenyum ke arahnya, kemudian aku melepas sepatuku, dan berlari ke arah teman-temanku dan memulai tawa yang tiada habisnya. Aku senang, karena disamping itu, air mataku tersamarkan oleh air hujan. 

2 comments: