“Oke, guys! Aku disini mau mempromosikan
ekskul basket. Buat anak cowok yang mau daftar ikut ekskul basket, silahkan ke
kak Rere,” kata Rose sambil memperkenalkan Rere yang berada disampingnya, “buat
anak cewek yang mau daftar juga, bisa langsung aku catat namanya sekarang,”
lanjutnya.
Rose mulai merapikan lembaran kertas dan siap
untuk mencatat. Namun justru beberapa cowok malah berbaris rapi di depannya.
“Yang cowok silakan daftarin namanya
ke kak Rere, Ok?” kata Rose sambil menunjuk Rere.
“Kok diem aja sih? Yang cowok
daftarin ke kak Rere disana! Is that clear?” ujar Rose dengan nada lebih keras.
“Kami maunya daftar di kak Rose
aja,” kata cowok sipit yang berjambul.
“Oke, oke. Kalau gitu yang cewek
silakan daftar di kak Rere. Biar yang cowok daftar di aku aja,” kata Rose
pasrah.
“Nama kamu?” Rose bersiap mencatat,
tapi seseorang di depannya tak menjawab.
Rose yang semula menatap lembaran
akhirnya mengangkat kepalanya dan
menatap cowok sipit yang berdiri di depannya.
“Hey, nama kamu?” ujar Rose.
Ia tersenyum menatap Rose, “Kenneth,
Kak!”
Rose menulis namanya, dan bertanya
lagi, “Nama panjangmu?”
Dia memberikan sebuah kertas pada Rose
yang bertuliskan, “Boleh minta pin
BB-nya?”
“Sorry, pin BB itu privasi,” jawab Rose
ketus.
“Tapi kak…”
“Silakan minggir, biar aku nyatet
temen kamu yang lain.”
“Kita man to man aja!” tawar Kenneth.
“Ogah!”
“ Kalau kakak kalah, kakak bakal ngasih
pin bbnya ke aku.”
Rose terdiam memandang Kenneth.
“Gimana? Mau kan? Pasti mau ah,” paksa Kenneth.
“Tapi kalau kamu kalah, tolong
perbaiki sikap kamu!”
“Ok! Bisa diatur!” Kenneth
mengangguk.
“Ok. Deal! Tapi tunggu aku selesai
nyatet nama temen kamu yang mau ikut basket dulu,” jawab Rose enteng.
Setelah pekerjaannya selesai, Rose
berjalan keluar kelas dan mengambil jersey basket yang berada di loker. Untungnya,
tiap sekolah ia selalu memakai sepatu basket yang bertipe low, jadi cukup
dengan sepatu ini, cewek manis itu akan melawan adek kelasnya.
Para murid kelas X-1 datang untuk menyaksikan
pertandingan yang agak kurang penting itu. Mereka ingin tahu siapa yang akan
memenangkan pertandingan ini, teman sekelas mereka, Kenneth, atau kakak kelas
mereka, Rose.
Ditengah keramaian itu Rose mendekati Kenneth
dan berkata, “Well, peraturannya, yang pertama jangan nyuri kesempatan buat nyentuh-nyentuh
aku. Kedua, pemain yang lebih dulu masukin bola 3 kali, dia yang menang. Dan
ketiga, sebagai cowok, kamu harus ngalah dan ngebiarin aku memulai offense duluan. Setuju?”
“Setuju! Tapi mending kak Rose nyerah aja deh,” Kenneth
tertawa kecil.
“Just shut up! And let see! Tapi, check ball dulu,” Rose memberikan bola
pada Kenneth dan ia mengumpan balik bola basket itu pada Rose.
“Kayaknya kakak nggak bakal bisa offense ngelewatin aku,” Kenneth
menyombong sambil membenarkan kerah seragamnya.
“SLEBBBBB!!” tembakan 3 point Rose
pun masuk.
Kenneth memandang bola yang dengan
mulusnya masuk ke ring, lalu ia kembali memandang Rose.
“Satu kosong! Mungkin aku nggak bisa
ngelewatin kamu, tapi bola ini bisa,” kata Rose tersenyum.
“Oh gitu! Oke sekarang giliran aku!”
Kenneth menghela napas.
Ia mulai mendribel bola.
“Lihat ini!” Kenneth menembak bola namun
sayangnya bola itu hanya membentur sisi kanan ring basket dan memantul ke luar.
Rose
tertawa kecil.
“Duh, dek. Masukin bola aja nggak
bisa, apalagi masuk ke pelaminan?” tawa Rose meledak.
Kenneth hanya menggaruk-garuk
kepalanya karena kesal dengan kegagalannnya.
“Sekarang aku yang offense. Tolong dijaga dengan ketat ya adik kelas yang ngeselin,”
balas Rose.
Rose mendribel bola ke arah kiri.
Kenneth mengikuti gerakan Rose dan menjaganya dengan baik. Rose berganti arah,
ia mendribel bola ke sisi kanan. Kenneth mampu mengikuti dengan seksama. Rose
kembali lagi ke sisi kiri lalu melakukan crossover
ke kanan dan lay-up.
Bola
masuk! Kedudukan 2-0!
“Nih, giliran kamu! Bolanya jangan
disia-siain. Inget ya, ini bola, bukan mantan kamu,” kata Rose sambil mengoper
bola pada Kenneth.
“Bawel ah, aku pacarin juga nih kamu!”
Kenneth berlari ke sisi kanan, namun
dengan sigap Rose mampu merebut bola sehingga bola itu menggelinding bebas. Ia mengambil
bola dan melakukan tembakan 2 point.
“Well, uda 3-0. Nggak usah sok genit,
dan jaga perilaku kamu!” kata Rose kalem sambil mengambil air minumnya di
pinggir lapangan.
Kenneth tersenyum, ia menghampiri Rose
sambil mendribel bola.
“Kak,” kata Kenneth.
“Apalagi?”
“Ngh… anu kak.”
“Apaan?”
“Sebenernya peluit pertandingannya tadi
belum dibunyiin. Tuh kak Rere wasitnya, dia jadi nganggur daritadi kan. So,
pertandingan tadi belum sah. Kalau kita man
to man lagi, mau?”
Rose tersedak.
No comments:
Post a Comment