Jessie, cewek culun yang hatinya tergerak untuk mengikuti ekskul basket meskipun ia sama sekali gak bisa drible. Yah, walau dia tau bahwa dirinya itu tolol, dia ngebet pengen bisa main basket. Dia pengen ngebuktiin kalau kutu buku juga bisa main basket.
Suatu hari, Jessie sedang liburan ke Bromo bareng temen-temen basketnya selama tiga hari. Sepanjang perjalanan, bahkan di makan malam pun, Jes dibully karena gak punya kemampuan apa-apa di basket. *puk puk*
Pagi hari ketika ia menyiapkan diri untuk sarapan di villa, ia mendengar langit gemerusuk. Kilat dan angin kencang turut mewarnai hujan hari itu.
"Ya ampun jemuran belum dimasukin," kata Jessie. Ia pun lari ke halaman belakang dan mulai mengambil jemurannya yg sudah basah.
Gara-gara ngambil jemuran itu, badannya basah tersiram hujan yang mengeroyok badannya. Karena kilat dan langit terlihat mengerikan, Ia kembali ke kamar.
Ia mengganti pakaiannya dan mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ketika dia menutup jendela, ia melihat petir yangg menyambar. Petir itu menyambar kaos kaki merk Nike miliknya yg belum ia ambil di tempat jemuran.
Ia mengucek matanya yangg terbelalak melihat petir di depan matanya. Kilauan biru itu belum hilang dari matanya hingga ia terus menerus memejamkan mata dan membuka matanya kembali ketika ia merasa bahwa penglihatannya mulai normal.
Hujan pun reda, langit mulai terang dan Jes mengambil kaos kaki itu.
Kaos kaki warna hitam itu bahkan tak lecet sedikitpun. Masih terdapat kilatan-kilatan listrik di sepasang kaos kaki miliknya.
Ia mulai berpikir...
Ia mulai berpikir bahwa kaos kaki itu memiliki kekuatan super layaknya di film Like Mike. Jessie pun meletakkan kaos kaki itu ke dalam tasnya dan berkemas untuk pulang.
Saat perjalanan pulang, Jes duduk di bangku paling depan sambil mengacuhkan kakak kelas yang selalu ngebully dia. Ia selalu mengeraskan musik di headphone-nya ketika ia merasa bahwa orang-orang di belakangnya sedang membicarakannya.
Semenjak hari itu ia selalu memakai kaos kaki ajaib itu tiap berlatih. Setelah beberapa hari kemudian saat latihan, tiba-tiba datanglah sekelompok geng girlband, Voni dan empat temannya.
“Heh, kuda cupu! Kalau lo bisa masukin bola ini dari garis freethrow satu kaliiii aja, gue bakal ngasih sepatu gue yang harganya dua juta ini ke elo!" kata Voni sambil menertawakan Jessie.
Jessie tertegun memandang keangkuhan Voni.
"Kenapa diem aja? Takut?" bentak Voni.
"Coba aja gih, siapa tau lagi mujur. Kalau kagak nyobain, mereka pasti ngeremehin kamu terus," bisik Lulu, point guard yang duduk di sebelah Jessie.
Akhirnya Jessie melangkah mengambil bola, dia mencoba untuk melakukan freethrow.
“Inget ya pesan aku, fokus ke ring. Jangan dengerin mereka. Kamu harus yakin kalau kamu bisa,” bisik Lulu pada Jessie.
Jessie menghela napas. Ia mulai menembak dan bola itu masuk dengan mulusnya…
"HAH! Gimana bisa tu cewek kutu buku masukin bola?" Voni terbelalak melihat Jessie yang berhasil.
Jessi tersenyum. Semua orang yang sedang berada di pinggir lapangan seakan tak percaya.
Ia membalikkan badannya dan berjalan menuju Voni, "Gue ga bakal minta sepatu lo, gue cuma minta lo diem! Jangan remehin gue!"
"Di basket, gue gak butuh sepatu semahal yg lo pake. Di basket, gue cuma butuh respect, selama ini kalian ngeremehin gue! Gue udah muak!" lanjut Jessie.
Voni terdiam mendengar ucapan Jessie. Baru kali ini Jessie bisa semarah itu.
"Gue emang bodoh, gue emang gak bisa main basket. tapi gue pengen berusaha. itu aja!" eluh Jessie sambil menatap kakak kelasnya.
Jessie meninggalkan mereka dan kembali duduk di pinggir lapangan.
Di satu sisi Jessie senang atas keajaiban yang terjadi padanya. Tapi di sisi lain ia bingung tentang alasan apa yang membuatnya sehebat itu. Padahal mendrible bola saja dia belum becus, passing saja belum benar, apalagi melakukan tembakan dari freethrow?
Sesaat itu ia tersenyum karena keajaiban dari kaos kaki itu yg membuatnya hebat.
Ketika berjalan menuju toilet, ia menyadari bahwa hari ini ia tidak mengenakan kaos kaki yang ia anggap ajaib itu.
Lalu darimana datangnya keajaiban itu?
"Gue uda nyangka kalau lo bisa ngelakuin hal tadi. Gue tau, jauh di hati lo yg paling dalam, lo adalah pemain hebat," kata Lulu memuji Jessie
"Mungkin hari ini adalah keberuntungan bagi lo, Jes. Tapi lo gak bisa ngandelin keberuntungan ini selamanya. Keberuntungan ngebuat lo menang hari ini, tapi untuk bertahan selamanya, lo butuh kerja keras," pungkas Lulu sambil menatap Jessie dengan penuh bangga.
Jes mengangguk, ia kembali ke lapangan untuk meyakinkan dirinya. Ia melakukan tembakan freethrow dan...
Dan benar..
Tembakan itu meleset…
Jessie yakin, tak ada hal yang bernama kaos kaki ajaib. Keburuntungan itu menyelamatkan harga dirinya hari ini. Namun ia percaya bahwa keberuntungan bukanlah hal yang kekal, ia butuh kerja keras dalam berlatih, bukan keburuntungan.