Di suatu sore yang cerah di lapangan basket yang tak jauh dari
rumahnya, dengan senang hati, Kenneth mengikat tali sepatunya dan bersiap
mendapatkan latihan shoot dari ayahnya. Kenneth sangat antusias dengan
latihannya, ia ingin suatu saat bisa sehebat Kobe Bryant. Namun ayahnya malah
memberikan bola basket yang kempes yang bahkan tidak bisa di-dribel.
Kenneth mengingatkan ayahnya bahwa ia masih berumur 12 dan
bertanya kenapa ayahnya mulai mengajarkan dia seolah-olah Kenneth adalah pemain
professional. Ayah menjawab, “Kalau dimulai dengan hal yang gampang-gampang
saja, kamu tidak akan siap untuk tantangan-tantangan yang besar. Yang terbaik
adalah jika langsung mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang kira-kira
akan kamu temui di jalan.”
Lama sekali Kenneth tidak bisa menembak bola basket dengan
semestinya, sampai beberapa hari kemudian, ayahnya mengajari fundamental,
hal-hal dasar tentang bagaimana posisi badan saat bersiap untuk menembak bola.
Dan tiba-tiba semuanya menjadi mudah.
Kenneth bertanya-tanya akan mengapa ayahnya menunggu lama sekali
sebelum membetulkan cara Kenneth menembak. Ayah tersenyum dan berkata, “Kalau
sejak awal kamu sudah kuajari bagaimana cara menembak yang betul, kau akan
menganggap latihan itu tidak penting. Sekarang kamu akan percaya ucapan ayah
dan berlatih dengan sungguh-sungguh. Begitulah guru-guru yang baik mengajari
muridnya.”
Melepaskan tembakan kearah ring terjadi secara naluriah, tapi
mulanya kita harus mengenal tekniknya, pernapasan, insting dan sasaran
lingkaran secara mendalam, lalu dengan berjuta kali pengulangan bisa membuat
gerakan yang sempurna.
Hal yang terlihat mudah tak selalu mudah jika ingin benar-benar
kita kuasai sepenuhnya. Beberapa kali ayah meyakinkan Kenneth bahwa sehari, dua
hari, 6 bulan atau 2 tahun tidaklah cukup untuk memoles kemampuannya. Dan meski
10 tahun mendatang, di suatu malam di ruang televisi, saat sang ayah
menonton Kenneth muncul di kotak ajaib sebagai pemain profesional; setelah
pertandingan besar itu selesai, Kenneth akan tetap berlatih memperbaiki
tembakannya. Sebab ia tahu, belajar ialah proses seumur hidup.
Inspired by the short story in the Paulo Coelho's book; Like The Flowing River.
No comments:
Post a Comment